Minggu, 31 Mei 2015

Museum House Of Sampoerna, Surabaya


Pas hari ahad tanggal 24 Mei kemarin, setelah selesai mengikuti rangkaian Haul Pon. Pes. Assalafi Alfithrah Kedinding Surabaya, mumpung belum terlalu sore untuk pulang saya memanfaatkan waktu luang tersebut untuk menyempatkan mampir ke Museum House Of Sampoerna.

Museum House Of Sampoerna adalah sebuah museum yang terletak di Surabaya lama. yang beralamat di Jl Taman Sampoerna 6, Surabaya. sekitar 3 blok dari Jembatan Merah Surabaya. dengan titik koordinat -7.230757, 112.7342
Peta House Of Sampoerna

Tidaklah sulit sebenarnya akses menuju House of Sampoerna ini karena letaknya yang berada di tengah Kota Surabaya. Dari Jln. Rajawali kita harus masuk gang terlebih dahulu, namun sepanjang gang tersebut banyak plakat-plakat penunjuk arah menuju Museum House of Sampoerna.


sisi depan gedung museum HOS

Bangunan Museum House Of Sampoerna bergaya kolonial Belanda dengan 4 pilar besar yang bertengger di depan gedung utama. Bangunan megah ini dibangun sekitar tahun 1862. Saat ini merupakan situs bersejarah yang dilestarikan.

Awalnya bangunan ini merupakan panti asuhan putra yang dikelola oleh pemerintah Belanda. kemudian, bangunan ini dibeli oleh Liem Seeng Tee pendiri Sampoerna pada tahun 1932 dan dijadikan tempat pertama produksi rokok Sampoerna.
gedung sampoerna jadul

gedung sampoerna sekarang

Di komplek museum ini terdiri dari beberapa gedung. Gedung yang paling besarlah yang dijadikan museum dan dijadikan tempat produksi salah satu merek rokok yaitu Dji Sam Soe. Ada 2 gedung lagi yang tepat berada di samping kanan dan kiri gedung utama.

Gedung sebelah kanan yang dijadikan rumah tinggal Keluarga Sampoerna. Sebelah kiri dijadikan cafe dan tempat galeri seni yang unik. Tepat di samping kanan gedung Auditorium terparkir mobil mewah keluaran Inggris Rolls Royce yang dipergunakan oleh Keluarga Sampoerna.

Mobil keluarga Sampoerna
Mobil keluarga Sampoerna

Aroma tembakau yang khas akan menyambut Anda saat pertama masuk di dalam area museum. Disambut dengan senyum ramah khas Indonesia para wanita petugas museum. Menyapa dengan hangat bagi siapa saja yang berkunjung, sungguh nyaman.

Kita dapat minta bantuan penjelasan tentang sejarah singkat museum dan silsilah Keluarga Sampoerna. Namun, meskipun tanpa bantuan petugas, kita masih bisa memahami serta mengerti isi dan cikal bakal museum tersebut. Dari keterangan-keterangan jelas dan lengkap yang tertulis di sana baik manual maupun digital.

Kolam ikan melingkar diikuti gemercik air mancur memberikan kesan tenang saat mulai melangkahkan kaki untuk berkeliling-keliling. Di ruangan paling depan terpampang lukisan sang pendiri sampoerna dan beberapa keluarganya dengan meja dan kursi tertata rapi dan beberapa koleksi gaun kebaya Keluarga Sampoerna.
foto keluarga sampoerna
meja kerja Liem Seeng Tee

Di samping kiri pintu kita akan menjumpai replika lapak kelontong yang digunakan berjualan pada saat merintis salah satu pabrik rokok terbesar di Indonesia ini. Beberapa terpampang di dalam pigura macam-macam tembakau yang digunakan untuk bahan produksi rokok.

berbagai jenis cengkeh
Tak tertinggal pula replika tungku untuk mengeringkan tembakau yang akan dijadikan rokok. Tak pelak aroma tembakau pun tercium sedikit menyengat.

Lanjut melangkah ke area lain yang hanya tersekat tembok yang kokoh. Kita akan masuk ke ruangan yang memajang beberapa foto Keluarga Sampoerna dan foto siapa saja yang berperan memajukan pabrik rokok ini.

Beberapa koleksi lukisan yang eksotis menurut saya di sini dipajang pula. Beberapa koleksi korek api zaman dahulu dan koleksi kamera tua yang sudah berumur puluhan bahkan ratusan tahun juga ada.
koeksi lukisan museum HOS

Korek api jadul

Semakin melangkah masuk kita akan menuju ruangan yang lebih besar lagi. Beberapa koleksi mulai dari mesin printing kuno yang pernah dipergunakan untuk mencetak gambar di bungkus rokok. Sepeda motor kuno pabrikan Cekoslovakia dengan merk 'Jawa' yang dibuat kira-kira tahun 1960. Ada juga koleksi andong yang dipergunakan sang pendiri Sampoerna sebelum memiliki mobil.

Di ruangan ini dipamerkan pula beberapa koleksi peralatan Sampoerna marching band yang dulunya sampai pernah memeriahkan Rose Parade di California, AS. Pernah juga dimainkan saat ulang tahun Sampoerna setiap tahunnya.
peralatan Sampoerna marching band

Ada alat-alat labolatorium yang dipergunakan pertama kali untuk menguji hasil kualitas bahan baku dan hasil produksi pabrik rokok Sampoerna. Juga beberapa bungkus rokok produk-produk dari Sampoerna yang dijual di dalam maupun di luar negeri.
alat laboratorium sampoerna
mesin cetak kuno

plat pencetak bungkus rokok

Lanjut ke lantai 2 kita akan menuju galeri toko yang menjual pernak-pernik souvenir khas Surabaya. Tentunya khas Museum House Of Sampoerna. Di lantai 2 ini kita juga bisa secara langsung melihat aktivitas produksi salah satu merk rokok kretek milik Sampoerna. Sayangnya saat ke sana tidak terlihat 400an ibu-ibu yang melinting rokok, mungkin karena hari ahad biasanya para pekerja libur. hanya deretan meja kerja yang terlihat kosong.
ruang produksi rokok

toko souvenir khas museum HOS
miniatur kapal pinisi dari biji cengkeh

Museum House Of Sampoerna buka setiap hari pukul 09:00 - 22:00 WIB. dan tidak dikenai biaya masuk. GRATIS! baik dewasa, anak-anak, wisatawan lokal maupun mancanegara. Saat kesana saya bersamaan dengan komunitas AS Roma Fans Club Surabaya dengan memakai jersey kebanggaannya. terlihat pula wisatawan berkewarga negaraan Belanda yang dipandu 2 orang tour gaet.

Selamat Berlibur!
Indonesia Itu Indah, Ngapain Di Rumah Saja!



Rabu, 20 Mei 2015

Air Terjun Lembah Bongok Tuban




Beberapa waktu lalu setelah menyelesaikan satu urusan di Kec. Montong Tuban saya menyempatkan diri mampir ke air terjun bongok yang masih di wilayah Montong. Tepatnya di Desa Jetak Kecamatan Montong Kabupaten Tuban dengan titik koordinat -6.984522, 111.9394 . Sekitar 30 KM. dari pusat kota tuban.



Tidak banyak yang tahu jika Montong memiliki pesona air terjun yang tersembunyi, bahkan saat saya bertanya pada seorang kawan dekat kantor kec. Montong perihal keberadaan air terjun bongok, jawabnya "loh jetak ada air terjunnya to mas?".
Air terjun Bongok mulai populer akhir-akhir ini setelah ramai diperbincangkan di media sosial dan foto-foto pesona air terjun bongok banyak di unggah. Tidak berlebihan memang, disamping bentuk air terjun yang memang unik, panorama alam sekeliling air terjun sungguh menentramkan hati.




Sebenarnya wisata ini sudah ada sejak lama, namun karena lokasinya cukup terpencil, tidak ada akses transportasi umum dan promosi dari pemerintah Kab. Tuban menjadikan tidak banyak orang yang tahu keberadaan air terjun bongok.







Menurut Kabid. Dinas Pariwisata Tuban, pengelolaan wisata air terjun bongok terkendala status lahan. Air terjun ini memang berada dalam hutan di wilayah tanah perhutani pada petak 106 G dengan luas 87 hektar. Yang paling mungkin jika ada pihak yang ingin mengelola wisata air terjun bongok adalah Pemerintah desa setempat, sedangkan dinas pariwisata hanya membantu perijinan dan penghubung dengan pihak perhutani.

Air terjun bongok memiliki dua air terjun yang cukup besar, pada bagian kiri terdapat air terjun yang dalam kolam besar kemudian mengalir ke sungai. sedangkan bagian kanan aliran air langsung terjun dari tebing menuju sungai.




Pada bagian air terjun ini terdapat kayu besar yang bersandar di air terjun, kayu itu berasal dari pohon roboh yang hanyut terbawa banjir hingga tersangkut di iar terjun. Meskipun agak mengganggu pemandangan saat kita hendak mengambil gambar air terjun, kayu tersebut juga menjadi ciri khas dari air terjun bongok ini. sebagian pengunjung juga memanfaatkan kayu tersebut sebagai tangga saat berenang.




Jika beruntung, kamu akan menemui gerombolan kera yang bergelantungan di pohon-pohon besar yang mengelilingi air terjun. Sayang saat ke sana kemarin baru selesai turun hujan sehingga para kera tidak terlihat, suara burung pun tidak ada yang tedengar. Bahkan saya menjadi satu-satunya pengunjung yang berada di lokasi itu. 

Tidak jauh dari air terjun terdapat makam Ki Singonegoro yang dirawat oleh masyarakat sekitar.  Terdapat empat makam yang dipagari tembok setinggi pinggang. Tidak tahu pasti sebelah mana makam Ki Singonegoro.




Menurut Kepala desa Jetak, Ki Singonegoro diyakini sebagai salah seoran waliullah. Menurut kisah yang diterima dan diyakini banyak orang hingga kin, Ki Singonegoro adalah salah satu senopati atau panglima perang kerajaan Mataram Islam zaman Sultan Agung Hanyokro Kusumo, yang gigih menentang penjajahan Kumpeni Belanda. Saat pasukan Mataram bisa dikalahkan dan kemudian Belanda menguasai wilayah Mataram sepenuhnya, Ki Singonegoro dan beberapa prajuritnya melarikan diri dan bersembunyi di Dusun Kerokan tersebut, sambil menyebarkan agama Islam pada masyarakat sekitar hingga menutup usia.



Berdasarkan catatan silsilah Kab. Tuban, Ki Singonegoro merupakan anak dari Sunan Bejagung yang ada di Kecamatan Semanding Tuban.
 
Nah, untuk menuju ke lokasi ini, dari alun-alun kota Tuban ambil arah semarang, di pertigaan rest area belok kiri sampai bundaran patung Letda Sucipto belok kanan. Mentok ketemu pertigaan belok kanan terdapat SMPN 4 Tuban belok kanan. Mentok dan ketemu pertigaan pasar belok kiri, lihat plang menuju Montong. Ikuti jalan raya montong ini sampai ketemu musholla kecil di pertigaan ambil kiri.

Setelah lewat jembatan kecil terdapat perempatan belok kiri, lurus saja sampai ketemu pertigaan pertama belok kanan menuju desa jetak (jangan ragu bertanya jika bingung). Terdapat bundaran lurus saja ambl kiri ikuti jalan besar, setelah lewat pertigaan talun belok  kanan. ketemu sekolah NU belok kiri lurus sampai masuk persawahan. lihat papan arah "Ki Singonegoro" di pertigaan belok kanan sampai aspal jalan berganti jalan berbatu. tak lama ketemu perempatan belok kiri dan ikuti jalan menurun sampai mentok air terjun bongok.




Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika ke air terjun bongok:
-Sebaiknya mengajak teman karena lokasi sepi
-Bawa minuman / makanan karena jauh dari pemukiman
-Tetap waspada di tempat wisata
-Jangan Nyampah!

Baca juga wisata air terjun di Kota Tuban:
- Air terjun nglirip [buka disini]
- Air terjun Banyulangsih [buka disini]


Senin, 04 Mei 2015

Monumen Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Lamongan


Sudah pernah baca novel "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" karya Hamka atau bahkan sudah nonton filmya?... Nah, kurang lengkap rasanya kalo belum datang langsung ke monumen tenggelamnya kapal Van Der Wijck yang ada di Lamongan Jawa Timur.

Buku tenggelamnya kapal van der wijck karya hamka

Film Tenggelamnya kapal van der wijck
Monumen tenggelamnya kapal Van Der Wijck dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda tahun 1936 dan berlokasi di lingkungan kantor perikanan Brondong Lamongan. dengan titik koordinat -6.873592, 112.2955.  Sekitar 15 menit dari Wisata Bahari Lamongan (WBL) ke arah barat. [lihat peta di sini]
Gapura masuk menuju TPI Brondong
Monumen ini dibangun untuk memperingati tenggelamnya kapal Van Der Wijck dan juga sebagai ucapan terimakasih pemerintah Hindia Belanda kepada para nelayan pesisir Brondong yang telah banyak membatu saat musibah itu terjadi.


Kapal Van der Wijk adalah kapal uap milik Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) yang merupakan cikal bakal Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) saat ini. Rute kapal pada waktu itu memang melayani kawasan Hindia Belanda.

Gambar kapal van der wijck
Kapal Van der Wijk dibuat oleh Maatschappij Fijenoord, Rotterdam tahun 1921 dengan berat tonase 2.596 ton, lebar kapal 13,5 meter. Kapal ini mendapat nama panggilan "de meeuw" atau "The Seagull", ini karena figur kapal ini sangat anggun dan tenang.

Saat pelayarannya yang terakhir, kapal Van der Wijk berangkat dari Bali ke Semarang dengan singgah terlebih dahulu di Surabaya. Kapal tenggelam di perairan Lamongan, tepatnya 12 mil dari pantai Brondong. Kapal ini tenggelam pada hari selasa, 20 Oktober 1936.

Hocking dalam bukunya Dictionary of Disaster at Sea during the Age of Steam menyebutkan jika “ The Dutch steamship Van Der Wijck, on passage Surabaya to Tandjung Priok, capsized and sank in heavy weather near Tandjong Pakis, between Surabaya and Semarang.”

Jumlah penumpang saat itu adalah 187 warga Pribumi dan 39 warga Eropa. Jumlah awak kapalnya terdiri dari seorang kapten, 11 perwira, seorang telegrafis, seorang steward, 5 pembantu kapal dan 80 ABK dari pribumi.
Berita tenggelamnya kapal van der wijck pada koran De Telegraaf

Menurut Wikipedia, korban dari tenggelamnya kapal ini ada 4 meninggal dan 49 hilang. Sedangkan menurut Theshiplish.com mencatat ada 58 orang meninggal. kemudian pada arsip koran De Telegraaf tanggal 22 Oktober 1936 menulis 42 korban yang hilang.

Jumlah yang tidak pasti ini dikarenakan jumlah penumpang yang tidak sesuai dengan manifest. Banyak kuli angkut pribumi yang tidak tercatat, kemungkinan merekalah yang banyak hilang.


Gubernur Jenderal Van Der Wijck
Van Der Wijck sendiri merupakan nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang diangkat Ratu EmmaVan Waldeck-Paymont pada tanggal 15 Juni 1893. Ia mulai memerintah pada 17 Oktober 1893 sampai 3 Oktober 1899. Nama panjangnya adalah Carel Herman Aart Van Der Wijck.

Prasasti bahasa Indonesia pada sisi barat

Monumen tenggelamnya kapal Van Der Wijck berbentuk mirip menara pantau setinggi sekitar 15 meter. Terdapat dua prasasti yang ada pada dua sisi monumen. Bagian barat terdapat dengan tulisan Indonesia ejaan lama, sedangkan pada sisi timur tertulis menggunakan bahasa Belanda (Prasasti dengan tulisan Belanda pada sisi timur ini banyak yang kurang tahu).

Prasasti bahasa Belanda pada sisi timur monumen
Bagian selatan monumen terdapat pintu yang dapat dimasuki untuk naik ke atas, bagian atas sendiri ada pintu keluar yang menghadap langsung ke laut.

pintu masuk sisi selatan
menara pantau menghadap laut
Meskipun monumen tenggelamnya kapal Van Der Wijck berada di pinggir jalan menuju Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong, namun banyak orang yang tidak memperhatikannya. disamping letaknya yang menyatu dengan perkantoran, tak adanya papan petunjuk  bahwa disitu terdapat monumen tenggelamnya kapal Vander Wijck menjadi faktor utama. kondisi monumen juga kurang terawat dan banya ditumbuhi rumput.

 Saat berkunjung ke monumen tenggelamnya kapal Van Der Wijck jangan lupa menyempatkan membeli oleh-oleh ikan segar di TPI Brondong.
TPI Brondong

Nelayan Berangkat melaut

TPI Brondong juga spot mancing yg baik

menanti rejeki

bengkel kapal di sisi timur TPI