Sabtu, 05 September 2015

Candi Brahu, Candi Terbesar Peninggalan Kerajaan Majapahit. Mojokerto JATIM


Candi Brahu merupakan salah satu candi yang terletak di dalam kawasan situs arkeologi Trowulan, bekas ibu kota Majapahit. Tepatnya, candi ini berada di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur dengan titik koordinat GPS 7°32'34"S   112°22'27"E atau sekitar dua kilometer ke arah utara dari jalan raya Mojokerto-Jombang.

Asal Nama
Nama candi ini, yaitu 'brahu', diduga berasal dari kata wanaru atau warahu. Nama ini didapat dari sebutan sebuah bangunan suci yang disebut dalam Prasasti Alasantan. Prasasti tersebut ditemukan tak jauh dari Candi Brahu.

Rute
1. Dari Timur melalui Surabaya: Dari terminal Purabaya/Bungurasih ambil bus jurusan Jombang, turun perempatan Trowulan, Mojokerto. Masuk arah kanan jalan / ke utara, ketemu pertigaan belok kiri (Barat) masuk sampai bertemu tikungan candi  Brahu.[Lihat disini]
2. Dari Barat melalui Jombang: Dari terminal Jombang ambil arah Mojokerto, turun perempatan Trowulan Mojokerto, Masuk arah kiri jalan / ke utara, ketemu pertigaan belok kiri (Barat) masuk sampai bertemu tikungan candi  Brahu.[Lihat disini]

Bangunan
Candi Brahu dibangun dengan batu bata merah, menghadap ke arah barat dan berukuran panjang sekitar 22,5 m, dengan lebar 18 m, dan berketinggian 20 meter.

Bentuk tubuh Candi Brahu tidak tegas persegi melainkan bersudut banyak, tumpul dan berlekuk. Bagian tengah tubuhnya melekuk ke dalam seperti pinggang. Lekukan tersebut dipertegas dengan pola susunan batu bata pada dinding barat atau dinding depan candi. Atap candi juga tidak berbentuk berbentuk prisma bersusun atau segi empat, melainkan bersudut banyak dengan puncak datar.

Pintu Masuk Candi Brahu
Kaki candi dibangun bersusun dua. Kaki bagian bawah setinggi sekitar 2 m, mempunyai tangga di sisi barat, menuju ke selasar selebar sekitar 1 m yang mengelilingi tubuh candi. Dari selasar pertama terdapat tangga setinggi sekitar 2 m menuju selasar kedua. Di atas selasar kedua inilah berdiri tubuh candi. Di sisi barat, terdapat lubang semacam pintu pada ketinggian sekitar 2 m dari selasar kedua. Mungkin dahulu terdapat tangga naik dari selasar kedua menuju pintu di tubuh candi, namun saat ini tangga tersebut sudah tidak ada lagi, sehingga sulit bagi pengunjung untuk masuk ke dalam ruangan di tubuh candi. Konon ruangan di dalam cukup luas sehingga mampu menampung sekitar 30 orang. Di kaki, tubuh maupun atap candi tidak didapati hiasan berupa relief atau ukiran. Hanya saja susunan bata pada kaki, dinding tubuh dan atap candi diatur sedemikian rupa sehingga membentuk gambar berpola geometris maupun lekukan-lekukan yang indah.

Bentuk Pondasi Candi
Candi Brahu dibangun dengan gaya dan kultur Budha. Diperkirakan, candi ini didirikan pada abad ke-15 Masehi meskipun masih terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini. Ada yang mengatakan bahwa candi ini berusia jauh lebih tua daripada candi-candi lain di sekitar Trowulan.

Fungsi
Dalam prasasti yang ditulis Empu Sendok, bertanggal 9 September 939 (861 Saka), Candi Brahu disebut merupakan tempat pembakaran (krematorium) jenazah raja-raja. Akan tetapi, dalam penelitian tak ada satu pakar pun yang berhasil menemukan bekas abu mayat dalam Bilik Candi. Hal ini diverifikasi setelah dilakukan pemugaran candi pada tahun 1990 hingga 1995.
Kondisi Candi Sebelum Dipugar

Sekitar Candi
Diduga di sekitar candi ini banyak terdapat candi-candi kecil. Sisa-sisanya yang sebagian sudah runtuh masih ada, seperti Candi Muteran, Candi Gedung, Candi Tengah, dan Candi Gentong. Saat penggalian dilakukan di sekitar candi banyak ditemukan benda benda kuno, semacam alat-alat upacara keagamaan dari logam, perhiasan dari emas, arca, dan lain-lainnya.
Tanda Permukaan tanah di barat candi

Tiket Masuk
Gratis, Hanya mengisi daftar hadir sebelum masuk.
Baca juga
Museum majapahit: [Buka disini]
Patung Budha Tidur Mojokerto: [Buka Disini]

Rujukan