Air Terjun Alas Kandung
Air Terjun Alas Kandung
terletak di wilayah pinggiran Alas (Hutan) Kandung Desa Tanen, Kecamatan
Rejotangan, Kabupaten Tulungagung. berjarak sekitar 28 kilometer dari pusat
Kota Tulungagung, atau sekitar 30 kilometer dari Kota Blitar ini, hanya dalam
waktu 1 jam perjalanan.
Rute menuju ke sana agak rumit
terutama bagi yang belum pernah ke Tulungagung karena belum adanya petunjuk
jalan yang jelas. Namun sudah dapat dijangkau baik kendaraan roda dua maupun
empat. Lokasi air terjun juga tidak jauh dari pemukiman warga, hanya butuh
berjalan sekitar 100 meter untuk sampai ke lokasi.
Air Terjun Alas Kandung memiliki 3
tingkatan dengan ketinggian yang bervariasi, paling tinggi di puncak air terjun
memiliki ketinggian sekitar 15 meter. Airnya yang terlihat ke biru-biruan yang
sangat menggoda untuk kita berenang. Namun perlu diketahui kedalaman Air Terjun
Alas Kandung lumayan dalam sekitar 4-8 meter, sehingga bagi yang tidak ahli
renang ata tidak membawa perlengkapan berenang sebaiknya menahan diri untuk berendam
di Air Terjun Alas Kandung ini. Walaupun tidak berenang Anda masih bisa melakukan
aktifitas lain seperti berfoto-foto.
Aliran Air terjun minim akibat kemarau panjang |
Air Terjun Alas Kandung dikelilingi
pepohonan yang sangat rindang menambah tentram suasana. Di dalam kolaman,
ikan-ikan dan udang kecil akan menghampiri ketika kita memasukkan kaki ke dalam
air.
Sebenarnya obyek wisata ini
bernama “Grojokan Sewu Alas Kandung” namun masyarakat lebih familier dengan
sebutan “Air terjun Alas Kandung”.
Papan pengumuman dari acara MTMA |
Kawasan ini semakin terkenal
setelah Acara My Trip My Adventure TRANS TV pada 30 Mei 2015 yang lalu menyiarkan
obyek wisata Air Terjun Alas Kandung. Sejak itu, animo pengunjung khususnya wisatawan
domestik meningkat tajam. Tonton Video My Trip My Adventure pada tautan berikut ini: https://www.youtube.com/watch?v=Rnlb_OTX2TY
Sebelumnya, sekitar era 1990-an
kawasan wisata alas kandung sempat dikembangkan Pemkab Tulungagung dengan
menjadikannya sebagai kolam renang dan bumi perkemahan.
Bekas kolam renang wisata alas kandung |
Seiring berjalannya waktu, pengelolaan yang tidak kontinyu dari daerah
menyebabkan obyek wisata keluarga dan bumi perkemahan itu rusak dan
terbengkalai. Hanya tersisa bangunan kolam yang sudah mengering dan ditumbuhi
semak belukar.
Sejarah Alas (Hutan) Kandung
Menurut sejumlah buku sejarah, terutama buku Bale Latar, Blitar
didirikan pada sekitar abad ke-15 oleh Nilasuwarna atau Gusti Sudomo, anak dari
Adipati Wilatika Tuban, adalah orang kepercayaan Kerajaan Majapahit, yang
diyakini sebagai tokoh yang mbabat alas.
Penjaga Kawasan Wisata Alas Kandung |
Sesuai dengan sejarahnya, Blitar dahulu adalah hamparan hutan yang masih belum
terjamah manusia. Nilasuwarna, ketika itu, mengemban tugas dari Majapahit untuk
menumpas pasukan Tartar yang bersembunyi di dalam hutan selatan (Blitar dan
sekitarnya). Sebab, bala tentara Tartar itu telah melakukan sejumlah
pemberontakan yang dapat mengancam eksistensi Kerajaan Majapahit. Singkat
cerita, Nilasuwarna pun telah berhasil menunaikan tugasnya dengan baik Bala
pasukan Tartar yang bersembunyi di hutan selatan, dapat dikalahkan. Sebagai
imbalan atas jasa-jasanya, oleh Majapahit, Nilasuwarna diberikan hadiah untuk
mengelola hutan selatan, yakni medan perang yang dipergunakannya melawan bala
tentara Tartar yang telah berhasil dia taklukkan. Lebih daripada itu,
Nilasuwarna kemudian juga dianugerahi gelar Adipati Ariyo Blitar I dengan
daerah kekuasaan di hutan selatan. Kawasan hutan selatan inilah , yang dalam
perjalanannya kemudian dinamakan oleh Adipati Ariyo Blitar I sebagai Balitar
(Bali Tartar). Nama tersebut adalah sebagai tanda atau pangenget untuk
mengenang keberhasilannya menaklukkan hutan tersebut.
Kolaman tingkat ke dua |
Sejak itu, Adipati Ariyo Blitar I mulai menjalankan kepemimpinan di bawah
Kerajaan Majapahit dengan baik. Dia menikah dengan Dewi Rayung Wulan. Di tengah
perjalanan kepemimpinan Ariyo Blitar I pada saat sang permaisuri hamil, terjadi
sebuah pemberontakan yang dilakukan oleh Ki Sengguruh Kinareja, yang tidak lain
adalah Patih Kadipaten Blitar sendiri. Ki Sengguruh pun berhasil merebut
kekuasaan dari tangan Adipati Ariyo Blitar I, yang dalam pertempuran dengan
Sengguruh dikabarkan tewas. Selanjutnya Sengguruh memimpin Kadipaten Blitar
dengan gelar Adipati Ariyo Blitar II.
Adipati Ariyo Blitar II bermaksud menikahi Dewi Rayungwulan. Karena takut Dewi rayungwulan melarikan diri dan bersembunyi di hutang kandung. Begitu sang putra lahir oleh dewi rayungwulang diberi nama Joko Kandung. Setelah dewasa joko kandung diberitahu bahwa ayah kandungnya (Adipati Ariyo Blitar I) dibunuh oleh Sengguruh atau Adipati Ariyo Blitar II, maka joko Kandung pun membuat perhitungan. Dia kemudian melaksanakan pemberontakan atas Ariyo Blitar II, dan berhasil membalas dendam. Joko Kandung kemudian dianugerahi gelar Adipati Ariyo Blitar III. Namun sayangnya dalam sejarah tercatat bahwa Joko Kandung tidak pernah mau menerima tahta itu, kendati secara de facto dia tetap memimpin warga Kadipaten Blitar.
Rute
Untuk menuju Air Terjun Alas Kandung
pertama-tama dari Alun-alun kota Tulungagung ambil arah timur sampai perempatan
pasar Ngunut, sampai perempatan pasar atau stasiun Ngunut, ambil arah ke
selatan. Setelah itu lanjut aja terus ke selatan sampai menemukan pertigaan,
nah pertigaan pertama itu ambil jalan ke kiri. Jalan lagi aja terus sampai
pertigaan kedua, ambil kanan, nah itu ke arah selatan lurus saja terus.
Sampai di sini untuk lebih jelasnya tentang rute menuju Air Terjun Alas Kandung bisa
tanya ke warga di sekitar.
Tiket
Masuk
Tidak
ada tiket masuk, pengunjung cukup membayar parkir kendaraan sebesar Rp. 3000,-
untuk motor.
wah mantap asm NGO josh dah
BalasHapuscocok buat foto2..... mumpung belum terlalu ramai dikunjungi
BalasHapusBisa dibuat renang itu mas?
BalasHapusSudah ada papan larangan berenang, namun masyarakat setempat masih biasa berenang di sana.
BalasHapuskolam di bawah air terjun memang kecil dan terlihat tenang namun kedalaman menapai belasan meter...
HARUS ADA YANG MENYELAM KEDALAM UNTUK MEMASTIKAN ITU AMAN ATAU TIDAK???
BalasHapusMemang harus hati2!!kata nenek saya dulu memang bahaya,,maklum rumahnya gak jauh cuma-+50 mtr dari air terjun pokoknya seruš
BalasHapusSampai sekarang airnya masih hijau begitu kah?
HapusHati2 alam kandung bukan seperti hutan biasa.disitu sangatlah sakral..makasih cuma mengingatkan .
BalasHapusTolongdong di serlokasinya air terjun kandung
BalasHapus